Pages

Cari yang ada di Blog Ini

14 Desember 2008

Percakapan iblis & Nabi

Waktu itu, di hari kerja yang padat gua nerima imel dari temen kantor. Kira-kira kaya gini ini bunyinyah,,,,
(dikarenakan sangat tidak sedikit, formatnya akan dibuat menjadi beberapa bagian postingan. Harap maklum)




From: Ristiani MTA [mailto:ristiani@taman-anggrek-mall.com]
Sent: Wednesday, September 24, 2008 10:44 AM
To: Ceu Juju Asih (E-mail); Edy Supriadi Office (E-mail); Lisa (E-mail); Murti (E-mail)
Subject: Pertemuan Iblis dengan Nabi Muhammad SAW



Semoga bermanfaat



-----Original Message-----
From: MUZAKI ZAKI [mailto:muzaki_z@yahoo.co.id]
Sent: Tuesday, September 23, 2008 10:15 AM
To: Ristiani; arsul mujitaba; Ali Mukti; harsana sana
Subject: Fw: Pertemuan Iblis dengan Nabi Muhammad SAW


Dari Milis sebelah, semoga bermanfaat. Maaf bagi yang sudah pernah membacanya ..


Iblis Terpaksa bertamu kepada Rasulullah SAW dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas:

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah:
"Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? sebab kalian akan membutuhkanku. "

Rasulullah bersabda:"Tahukah kalian siapa yang memanggil?"

Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu."

Beliau melanjutkan, "itu iblis, laknat Allah bersamanya."

Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah"

Nabi menahannya:" Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu
untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. di janggutnya terdapa 7 helai rambut
seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad,... . salam untukmu para hadirin..."

Rasulullah SAW lalu menjawab: Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu? "

Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa."

"Siapa yang memaksamu?"

"Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata:
"Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debuyang ditiup angin."
oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apayang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. tidak
ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh."

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?"

Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allahyang paling aku benci."

"Siapa selanjutnya? "

"Pemuda yang bertakwayang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."

"lalu siapa lagi?"

"Orang Aliim dan wara' (Loyal)"

"Lalu siapa lagi?"

"Orang yang selalu bersuci."

"Siapa lagi?"

"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain."

"apa tanda kesabarannya? "

"Wahai Muhammad, jika iatidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahalaorang -orang yang sabar."

"Selanjutnya apa?"

"Orang kaya yang bersyukur."

"apa tanda kesyukurannya? "

"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."

"Orang seperti apa Abu bakar menurutmu?"

"Iatidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."

"Umar bin Khattab?"

"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."

"Usman bin Affan?"

"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."

"Ali bin Abi Thalib?"

"Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu." (Ali bin
Abi Thalib selalu berdzikir terhadap Allah SWT)---1

04 Desember 2008

Cita-cita,eh?! (2)

Sering kali kita dihadapkan pada pertanyaan2 aneh yang muncul di waktu yang salah. Misalnya: di saat makan, atau sholat, atau kerja, sholat, cebok, ngelepas kaos kaki, sholat, dst-dst.
Sebagian besar jelajahan pikiran kita itu timing-nya tepat di waktu senggangnya otak kita berpikir.

Jelas itu sangat mengganggu. Mengganggu, karena pertanyaan2 itu sama sekali gak bisa diingat sampai 'waktu untuk bertanya' itu tiba.
Tapi, ada satu yang masih bisa di ingat. Satu hal yang masih gua raba-raba ampe sekarang. Satu hal nyang jika dan hanya jika kita tanyakan keapda para sikolog atow sikiater--namun jangan sekali-kali nyanya sama dukun/orang pinter--kan ngabisin isi celengan kita setaun penuh. Satu hal itu: masa depan!
Masa depan. Hal remeh yang bahkan membuat ahli sarjana pun pusing dibuatnya.

Dua cara menyikapi cita-cita:
Bagi sebagian orang, cita-cita adalah sesuatu yang sangat vital. Primer untuk terpenuhi. Bagi golongan ini, cita-cita bagai ruh yang menelusup di kehidupan. Menurutnya, tanpa cita-cita manusia adalah seonggok daging yang hanya bisa berjalan tak tentu arah. Lebih baik mati daripada tak punya tujuan hidup. Tak punya cita-cita.

Sebaliknya, sebagian orang lagi yang sisanya, mereka itu tak mau ambil puyeng memilirkan semua itu. Gak ada bagi mereka sesuatu yang dapat dijadikan manfaat secara langsung sebab merancang dan mengusahakan untuk meraih cita-cita itu sendiri. Baginya, sesuatu yang didapat secara instan dan cepat tanpa susah payah bekerja keras adalah keniscayaan. Tiada yang lain. Oleh karena itu, hasil yang didapatnya pun hanya sekejap saja. Tak berlangsung lama.

Keduanya pilihan. Pilihan yang semua orang memilikinya. Punya hak atas itu. Mungkin untuk segelintir mereka yang tak punya sesuatu materi buat meneruskan pendidikan yang lebih tinggi akan berkilah dengan enteng, "ah, kita mah urang ga punya. Mana mungkin bisa menyekolahin sampe insinyur gitu... mending kerja aja atuh..." atau komentar-komentar lain yang menyiratkan keputusasaan.
Dan itu juga hak. Mereka berhak memperjuangkan apa yang diyakininya. Gak bisa kita seenaknya memaksakan hal prinsipil ini kepada mereka. Yang bisa kita sebagai kaum nomor 1 adalah, membimbing mereka sepenuh hati untuk bisa meyakinkan dan mengubah pandangannya mengenai arti penting pendidikan. yap. Hanya sebatas mengarahkan. Karena keputusannya sudah berada di tangan-Nya.


(Hoho... dicukupkan ngebualnya..)

KE KE KE :-D

03 Desember 2008

Cita-cita,eh?!

Pertanyaan pada saat ini:
— Gimana sih nentuin suatu cita-cita?

Hm… Pernah gak sih kita kepikiran soal masa depan kita?
Atau… Apa sih pekerjaan yang nantinya akan kita lakukan saat udah jadi bapak-bapak? Dan—mungkin ini yang susah dijawab—Kenapa sih kita harus bercita-cita???

Hoho… pertanyaan yang aneh memang. Dan jawabannya mungkin akan lebih aneh malah. Oh iya, sebelum pertanyaan itu dijawab satu per satu, ada baiknya kita dengarkan suara Trick si Call Ogi’s inih,,



Ehm,,

Ng….
Cita-cita menurut kamus gue tuh ya adalah suatu hal atawa perbuatan yang telah biasa dilakukan di massa lalu—bisa dibilang hobi—dan pada prosesnya (tentu saja dengan kerja keras) dan terus-menerus diasah agar dirinya dapat lebih handal dalam mengaplikasikannya. Intinya, hobi=cita-cita.
Yah, seperti itulah.

Menurut lo??


Hm…
Namun, bagaimana jika kasusnya seperti ini,,
(Dengan pemisalan tentu saja)
Gue adalah orang yang suka mengutak-atik barang elektronik. Bongkar-ngobeng-ngulir-pasang- Bongkar-ngobeng-ngulir-pasang- Bongkar-ngobeng-ngulir-pasang. Itulah sesuatu yang gue lakukan saat gak ada kerjaan.
Gue juga suka dengan yang namanya jalan-jalan. Kemana pun jalan. Backpacker lah.
Gue juga menyukai pemandangan. Gue suka kalau pemandangan itu diabadikan, tentu saja maksudnya adalah difoto. Istilah kerennya gue menyukai menjadi fotografer.

Well, lihat kan?
Itu semua katakanlah hobi gue. Ketiganya. Jika kita menyimpulkan bahwa hobi adalah cita-cita di massa depan, bagaimana dengan permasalahan yang ini. Apakah ketiganya itu adalah cita-cita si ‘gue’ ini? Bagaimana memilih satu diantaranya? Confuse me….

Menurut seseorang yang entah di mana dan sekarang pun lagi ngapain gue juga kagak tau, perbedaan antara keinginan dengan ambisi meraih cita-cita terletak pada kesungguhan dari orang tersebut. Keinginan itu bisa diartikan dengan obsesi seseorang untuk tahu dan bisa melakukan dengan usaha kerja keras yang dapat dia lakukan. Namun, saat dia sudah berusaha dengan seluruh kemampuannya itu tetapi tetap mengalami kegagalan, reaksi darinya hanya sekedar ‘yah, gak bisa guah… YAUDAH DEH, GAK APA-APA’. Itulah yang disebut sebagai ‘sebatas keinginan’.
Sedangkan cita-cita itu terlihat dari apakah dia seolah terkena serangan penyakit obsesif kompulsif. Fight yang dilakukannya tidak hanya bergantung kepada kemampuannya. Dia juga akan berusaha menemukan sebuah kebesaran Tuhannya, di samping dia juga kerja keras dalam usahanya (The megicly U know?). Lalu, jika pada waktunya habis dan cita-cita itu tidak dapat dicapai, maka dirimu akan menyesalinya. Benar benar menyesali! Seakan hidup ini sudah tak berarti lagi buatnya.

Well, jagalah mimpi-mimpimu itu. Jaga dan berjuanglah dengan tetesan darahmu.

Berdo’a-lah! Berdo’a-lah dan Dia akan memeluk mimpi-mimpimu.

Akhirnya, yang terakhir kita bisa lakukan adalah menanti kabar baik itu.

Sesungguhnya takdirmu itu s’lalu baik untukmu…