Pages

Cari yang ada di Blog Ini

31 Oktober 2008

Ngeluh Boleh?

Awal minggu yang lalu, di saat gue lebih memilih menggunakan transportasi massal khusus ibukota; Transjakarta untuk pulang kerja, sangat mencengangkan bahwa seperti inilah yang terjadi. Realita yang didapat pada Jembatan Penyeberangan Orang halte busway Dukuh Atas yang menjadi sentral perpindahan antar-koridor. Sulit bagi gue untuk bersimpati kepada BLU, sebagai operator Busway ini. Bisa dibilang gue kecewa dibuatnya. Banget malah.
Namun begitu, gue tetep mendukung kebijakan pemerintah itu, kok. Baik busway, monorail, waterway, atau apapun itu, selagi semua kebijakan tersebut masih memihak kepada kita, rakyat kecil. Jadi kepada calon-calon pemimpin di negeri ini yang mau nyaman duduk di kursi terhormat, ya kalian harus bener-bener total dalam memperjuangkan hak-hak rakyatnya. Seperti kata pepatah, vox populi vox dei.

Berbuat Lebih Boleh?


Setelah letih bergelut dengan kerjaan di kantor, gue iseng-iseng ngeluarin kepala gue dari jendela bus 213. Air hujan yang mengguyur jalan-jalan di ibukota itu jatuh pula di tiap senti rambut hitam legam milik bujang asli betawi ini. Segar sekali rasanya. Sekilas gue menangkap bayang-bayang daerah Kansas, terutama sekitar rumah gue yang saat itu sedang dilanda hujan lebat, saat rizki dari Tuhan menyapa tubuh gue ini. Lalu sekelebat bayang lain meng-cut-nya. Saat itu gue sudah menjadi siswa SLTP dan baru saja pulang sekolah. Menari-nari tidak jelas di tengah jalan, seolah menantang hujan agar mengeluarkan semua persediaan air yang tersedia sampai muncul kembali musim kemarau. Ingatan-ingatan seperti itulah yang sering gue rasakan saat titik-titik air dari langit jatuh dengan derasnya.
Dan sekarang sudah lewat beberapa tahun, masih saja terasa segar di memori, seakan baru saja terjadi kemarin sore.
Mengikuti ucapan Khaleed Hnsseini, bahwa sepintar-pintarnya kita menutup dan mengubur masa lalu, dia akan dengan kuatnya menyeruak keluar dari tempat sembunyinya dan menyapa kita di waktu yang telah dipilihnya.
Well, jangan sampai kita menjadi ataupun seperti orang yang melakuan hal-hal yang sia-sia seperti itu. Bahwa masa lalu, terutama yang sangat gelap dan kelam, hal tersebut akan berguna di hari nanti, dimana suatu pengalaman akan sangat dibutuhkan, saat dimana seseorang tidak mau jatuh di lubang yang sama untuk yang kedua kalinya.
Terlepas dari itu semua (tulisan gue sangat keluar dari foto di atas) gue menyukai orang-orang yang berjuang demi orang lain.

21 Oktober 2008

Bertanya Boleh?

Ya, gue memang aneh. Sebenernya gue gak gitu ngerti dengan postingan yang sebelumnya ituh tadi. Tapi dipaksakan tulis supaya gaya penulisan gue bias berkembang. Secara, gue kalo kagak nulis ya ngapain lagi..? ada sih: baca buku di Gramed!!
Hm.. satu lagi tulisan aneh dari gue. Yang ini bukan kritik, bukan opini tentang apapun. Ini adalah sebuah pertanyaan dari hati kecil gue yangsudah lama sekali terkubur malu, gue—baru aja—ubek-ubek lagi dari palung hati terdalam, dan sekaranglah keberanian itu datang ke permukaan. Gue menampilkannya, agar menyadarkan gue ini bahwa hidup itu sangat sulit untuk dijalani, dan sangat tidak gampang! Dan dalam segala kesulitan, akan ada balasan yang sangat cukup untuk semua kerja keras, juga dari ikhlas kita untuk mau bersusah payah, berusaha menjadi sesuatu yang lebih baik.

SEBUAH TANYA: WAHAI WANITA…?

Wahai wanita yang malang,
Siapakah engkau?
Berani-beraninya dirimu mencintaiku
Engkau tahu semua hitamku, lemahku.
Namun tetaplah engkau keras kepala padaku…

Wahai wanita malang,
Tidakkah kau tega terhadap dirimu,
Mau-maunya engkau berkorban besar, memberiku semua,
Agar ku bahagia karean semua itu…

Wahai wanita (yang bias dibilang) malang,
Bias-bisanya engkau menaruh simpati kepadaku,
Mengikhlaskan sisa hidupmu selalu menemani dan berada di hatiku..

Wahai wanita yang (JELAS-JELAS!) malang,
Siapakah dirimu itu??
Ng.. apakah ku boleh mengira..?
Akankah engkau kusebutkan satu per satu supaya kau mau mengaku kepadaku?

Mungkinkah engkau Asmirandah itu??
Seorang bintang iklan&televisi yang sedang bersinar?
Oh.. yes! Tentu kita berbeda kasta. Aku sadar,,
Engkau artis, sedang aku—bisa dibilang—pengemis…

Mungkinkah engkau mereka, seseorang dari anak rohis??
Dan siapapun, mereka-mereka yang semacam itu...
Oh.. Engkaulah akhwat sejati, impian para ikhwan..
¯-¯ namun aku bukanlah ikhwan itu…

Mungkinkah engkau Vinny??
Oh.. she is charming and clever girl!!
Criteria cewe’ teladan ada padanya,
Ohoho.. namun kukira hanya orang gila yang percaya bahwa kita bisa menyatu…

Atau…
Mungkinkah engkau Bu Ratna??
Wow, engkaulah guru yang baik; penyabar, keibuan, perhatian kasih.
Dan engkau selalu bisa menjadi teman para muridmu.
Mungkin engkau bisa menjadi teman hidupku..?
Ehm.. tentu saja. Itu hanyalah sebuah: misalnya!

Wahai wanita yang—bisa dipastikan 100% jika dia jadi denganku, nasibnya akan—malang,
Meski engkau sekarang jauh, dan masih menganggapku bukan apa-apa
Aku s’lalu menganggapmu bidadariku..
Engkaulah pen-support, juga sebagai tujuan hidupku.

Oh wanita malang…

Siapa??
Siapa sih kamu?

Bagaimana Memulainya...?

Sore ini di saat lambung ini belum terisi satu makanan apapun, di saat konsentrasi ini mulai kabur, di saat injury time sudah memasuki batas akhir, bisa-bisanya otak gue menampakkan kehebatan berpikir sedemikian jernihnya. Lalu gue pun berkata,
“Betul juga ucapan SB, Hidup ini adalah perbuatan...”
Semenitan gue menelaah makna kata-katanya itu, dan gue mendapatkan sedikit pencerahan mengenai itu. Well, konteks dalam kalimat ini berbeda dengan apa yang sering diucapkan Mba’ M bahwa hidup itu adalah perjuangan. Jauh. Jauh konteksnya. Kata-kata si SB ini mewakili mereka—para penumpas maniak penguasa istana Medan Merdeka, yang dari zaman baheula ampe sekarang ini sudah benar-benar muak dengan janji-janji kosong di setiap kampanye.
Bahwa yang dimaksud beliau (menurut saya) adalah hidup itu berbuat. Di setiap kehidupan kita harus selalu melakukan do the something, yakni berjuang, berkarya, berdamai, berkeadilan, berdemokrasi, dll..dll.. dan semuanya itu dilakukan dengan perbuatan. Bahwa yang dimaksud beliau menurut saya (lagi) kita jangan hanya menang dalamdebat soal RUU &pajak. Jangan juga kitahanya menebarkan janji-janji palsu (sejahtera, makmur, swasembada, ekspor tinggi, dll..dll..). Dan jangan pula kita bisanya hanya menjual rakyat miskin—yang sering sekali dilakukan pada saat iklan-iklan televisi untuk menyukseskan kampanye mereka yang tak bertanggung jawab itu.
Dan itulah, Hidup adalah Perbuatan, Tidak Berjanji!! Tanpa memihak pihak yang manapun gue setuju banget tuh dengan slogan itu. Sederhana—bagi yang tidak paham—namun menyentuh.
Hidup RUU ANTI PORNOGRAFI PORNOAKSI !!!!!